Kerajaan Sriwijaya: Pusat Kemaharajaan Maritim di Asia Tenggara

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara yang berdiri dari abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi. Kerajaan ini berpusat di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Sumatra, Indonesia, dengan pengaruh yang meluas hingga ke Semenanjung Malaya, Jawa, dan bahkan sebagian wilayah Thailand serta Kamboja. Dikenal sebagai pusat perdagangan, keagamaan, dan kebudayaan, Sriwijaya memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan ini, khususnya dalam penyebaran agama Buddha.

1. Sejarah Berdirinya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya didirikan pada abad ke-7, dan keberadaannya pertama kali diketahui melalui prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa Dapunta Hyang, seorang raja Sriwijaya, melakukan perjalanan untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Dengan pusat kekuasaan di Palembang, Sriwijaya tumbuh menjadi kerajaan yang sangat kuat, terutama karena posisinya yang strategis di jalur perdagangan internasional.

Sriwijaya memiliki kekuatan besar dalam mengontrol Selat Malaka dan Selat Sunda, yang merupakan jalur perdagangan penting antara India dan Tiongkok. Kemampuan Sriwijaya mengendalikan perdagangan ini membuatnya menjadi pusat perdagangan yang makmur dan berpengaruh di Asia Tenggara.

2. Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya berhasil menjadi pusat perdagangan dan agama Buddha di Asia Tenggara. Banyak pedagang dari India, Arab, Tiongkok, dan lainnya yang singgah di wilayah Sriwijaya untuk berdagang rempah-rempah, emas, dan barang berharga lainnya. Kemakmuran ekonomi ini juga mempengaruhi budaya dan agama di kawasan tersebut.

  • Pusat Agama Buddha: Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha. Banyak biksu dan cendekiawan Buddha dari Asia Timur, khususnya Tiongkok dan India, yang datang ke Sriwijaya untuk belajar. I-Tsing, seorang biksu Tiongkok terkenal, menghabiskan waktu di Sriwijaya untuk belajar sebelum melanjutkan perjalanannya ke India. Sriwijaya menjadi tempat belajar agama Buddha yang terkemuka pada masa itu.
  • Hubungan Diplomatik yang Kuat: Kerajaan ini juga memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan beberapa kerajaan besar, seperti Dinasti Tang di Tiongkok dan kerajaan-kerajaan di India. Hubungan ini tidak hanya memperkuat kedudukan Sriwijaya di antara kerajaan-kerajaan Asia, tetapi juga memastikan keamanan jalur perdagangan.

3. Struktur Pemerintahan dan Kebudayaan

Pemerintahan di Sriwijaya berbentuk kemaharajaan dengan raja sebagai pemimpin tertinggi yang memiliki kekuasaan absolut. Raja dibantu oleh sejumlah pejabat dan panglima yang bertugas mengelola wilayah dan jalur perdagangan.

  • Bahasa dan Tulisan: Bahasa Melayu Kuno digunakan sebagai bahasa administrasi dan perdagangan di Sriwijaya. Bukti tulisan ditemukan dalam prasasti yang menggunakan aksara Pallawa, menunjukkan adanya pengaruh India dalam budaya dan bahasa Sriwijaya.
  • Kehidupan Sosial dan Ekonomi: Kehidupan masyarakat Sriwijaya berpusat pada aktivitas perdagangan dan pelayaran. Sebagai kerajaan maritim, masyarakatnya sangat bergantung pada laut dan perdagangan internasional. Selain itu, Sriwijaya juga dikenal memiliki budaya yang kaya, terlihat dari kesenian dan arsitektur yang berkembang pesat selama periode kejayaannya.

4. Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kejayaan Sriwijaya mulai menurun pada abad ke-11. Sejumlah faktor menyebabkan keruntuhan kerajaan ini, antara lain:

  • Serangan dari Kerajaan Chola: Pada tahun 1025, Raja Rajendra Chola I dari Kerajaan Chola di India Selatan menyerang Sriwijaya. Serangan ini melemahkan kekuatan Sriwijaya dan mempengaruhi kontrolnya atas jalur perdagangan.
  • Munculnya Kerajaan Baru: Kemunculan kerajaan-kerajaan baru seperti Majapahit dan Singhasari di Jawa juga mengancam posisi Sriwijaya sebagai pusat kekuasaan dan perdagangan di Nusantara. Mereka mulai mengambil alih peran Sriwijaya dalam perdagangan dan wilayah kekuasaan.
  • Perubahan Jalur Perdagangan: Pada periode yang sama, jalur perdagangan internasional mulai bergeser, dan pengaruh Sriwijaya mulai melemah. Pergeseran ini menyebabkan penurunan pendapatan dari perdagangan yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi kerajaan.

Pada akhir abad ke-13, Kerajaan Sriwijaya sepenuhnya kehilangan kekuasaan dan pengaruhnya di Asia Tenggara.

5. Warisan Sriwijaya bagi Indonesia dan Asia Tenggara

Walaupun Sriwijaya telah runtuh, warisannya tetap hidup dalam sejarah dan kebudayaan Indonesia serta Asia Tenggara. Sriwijaya tidak hanya menjadi simbol kemajuan maritim dan perdagangan, tetapi juga bukti pentingnya toleransi dan keberagaman di wilayah Nusantara. Penyebaran agama Buddha yang dimulai di Sriwijaya telah meninggalkan jejak dalam arsitektur candi-candi dan tradisi budaya di wilayah Indonesia.

Banyak situs arkeologi, prasasti, dan catatan sejarah yang tersisa hingga hari ini memberikan gambaran tentang kejayaan Sriwijaya sebagai kerajaan besar di Nusantara. Di Sumatra, khususnya di Palembang, situs-situs peninggalan Sriwijaya menjadi bukti penting sejarah maritim Indonesia.